Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
DokterSehat.Com– Kabar tentang tindakan antisipasi Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau terhadap penumpang transportasi umum dari Singapura demi mencegah penularan virus cacar monyet menarik perhatian masyarakat. Sebenarnya, seperti apa sih penyakit cacar monyet ini?
Kasus cacar monyet ditemukan di Singapura
Kasus cacar monyet mulai menarik perhatian masyarakat setelah satu warga negara Nigeria yang menderita penyakit ini ditemukan di Singapura. Meskipun virus penyakit ini dianggap tidak mematikan, otoritas Singapura langsung memberikan peringatan kepada warganya.
Pemerintah Kota Batam, wilayah Indonesia yang paling dekat dengan Singapura juga ikut mewaspadainya mengingat tingginya perpindahan manusia di antara kedua wilayah ini. Tak hanya menyiapkan ruang isolasi, pintu masuk Batam juga sudah dipasang pendeteksi suhu tubuh demi mencegah masuknya orang yang membawa virus ini.
“Kalau ada yang mencurigakan akan langsung kami bawa ke Rumah Sakit Embung Fatimah dan Rumah Sakit BP Batam,” ucap Didi Kusmarjadi, Kepala Dinas Kesehatan Batam.
Sebagai informasi, warga Nigeria berusia 38 tahun ini telah terpapar virus cacar monyet sebelum tiba di Singapura pada 28 April 2018. Dia diketahui terpapar virus ini setelah makan daging dari binatang liar. Sekitar 23 orang yang telah berinteraksi dengan pria ini pun mau tidak mau harus berada dalam karantina selama 21 hari demi mencegah penyebaran virus ke orang lain.
Mengenal cacar monyet
Cacar monyet pertama kali ditemukan di Afrika bagian barat dan tengah pada tahun 1970-an. Sementara itu, kasus cacar monyet yang pertama kali ditemukan di luar Afrika terjadi di Amerika Serikat pada 2003.
Pakar kesehatan menyebut penyakit cacar monyet bisa menyebabkan masalah kesehatan selama dua hingga empat minggu. Gejala dari penyakit ini adalah demam tinggi, sakit kepala, serta jerawat yang berisi nanah atau cairan berwarna bening di berbagai bagian tubuh.
Didi Kusmarjadi menyebut virus cacar monyet seringkali menular pada manusia akibat konsumsi daging dari hewan liar layaknya monyet atau beberapa jenis hewan pengerat. Sebagian orang dari beberapa wilayah di dunia memang masih mengonsumsi hewan-hewan tersebut sehingga rentan terkena masalah kesehatan ini. Hanya saja, hingga saat ini sebenarnya belum ada bukti tentang penularan virus ini yang dipicu oleh kontak antar manusia.
Otoritas kesehatan Singapura juga menyebut penularan virus cacar monyet cenderung tidak semudah penularan flu. Bahkan, risiko penyebaran virus ini dianggap sangat rendah.
Berbahayakah penyakit ini?
Dinkes Batam menyebut cacar monyet sebagai penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya saja, jika di dalam tubuh penderitanya tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik atau mengalami komplikasi yang cukup parah seperti cacar air, bisa jadi penyakit ini berpotensi mematikan.
Hanya saja, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mendapatkan vaksinasi cacar, tubuh kita biasanya sudah terlindungi dan tidak mudah tertular penyakit ini.
Organisasi Kesehatan PBB (WHO) pernah mengeluarkan pernyataan yang isinya mendesak otoritas wilayah yang sudah menemukan kasus cacar monyet untuk sesegera mungkin mengatasinya demi mencegah penularan dan potensi menjadi wabah. Selain itu, masyarakat yang ada di negara dengan kasus cacar monyet juga diminta untuk menghindari kontak langsung dengan hewan-hewan dari keluarga primata dan hewan pengerat.
Melihat fakta ini, kita tidak perlu khawatir berlebihan dengan kasus cacar monyet. Hanya saja, jika kita akan berkunjung ke Singapura atau Batam, sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan mematuhi permintaan dari otoritas kesehatan setempat agar tidak mudah tertular.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.