Anggrek Bulan Kuning, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut Phalaenopsis amabilis, adalah tanaman berbunga yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, Papua Nugini, dan Australia. Anggrek ini terkenal dengan julukan “moon orchid” atau anggrek bulan, dan juga “moth orchid” atau anggrek ngengat, karena bentuk dan warna bunganya yang elegan. Indonesia bahkan telah menetapkan Anggrek Bulan Kuning sebagai bunga nasional yang dikenal dengan sebutan “anggrek bulan”.
Ciri khas Anggrek Bulan Kuning adalah bunga berwarna putih dengan pola kuning yang menarik. Bunga ini memiliki daya tarik estetika yang tinggi, sehingga sering dibudidayakan sebagai tanaman hias di dalam ruangan. Kecantikan dan daya tahan bunga Anggrek Bulan Kuning membuatnya menjadi favorit di kalangan para pecinta bunga. Tumbuhan anggrek ini sangat diminati karena keindahan dan daya tariknya yang mampu mempercantik lingkungan sekitar.
Anggrek Bulan Kuning terdiri dari tiga subspesies yang memiliki ciri khas masing-masing, yaitu Phalaenopsis amabilis subspecies moluccana dan subspecies rosenstromii. Sayangnya, subspesies rosenstromii termasuk dalam kategori terancam di Australia karena seringkali ilegal dikoleksi dari habitatnya. Status terancamnya ini menuntut perlindungan lebih lanjut terhadap subspesies tersebut agar tetap dapat bertahan dan tidak punah dari alam liar.
Selain di Indonesia, Anggrek Bulan Kuning juga memiliki pengakuan lain dalam konteks budaya. Bunga ini merupakan simbol resmi dari Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, yang menambahkan nilai keunikan dan pentingnya dalam ranah hortikultura dan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara.
Dalam perawatannya, Anggrek Bulan Kuning membutuhkan perhatian khusus agar tetap tumbuh dengan baik dan menghasilkan bunga yang indah. Seperti jenis anggrek pada umumnya, Anggrek Bulan Kuning membutuhkan media tanam yang tepat dan kondisi lingkungan yang sesuai. Salah satu masalah umum yang sering dihadapi oleh pemilik anggrek adalah daun yang menguning.
Penyebab daun anggrek menguning dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penggunaan tanah pot yang tidak tepat, sehingga menyebabkan penahanan kelembaban berlebih dan akhirnya daun menjadi kuning. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan campuran media tanam yang sesuai, seperti pecahan batu bata, serat kelapa, atau serbuk gergaji.
Selain itu, tingkat kelembaban juga harus dijaga agar anggrek tetap sehat. Pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan pembusukan akar, sedangkan kurangnya air dapat menyebabkan akar menjadi putih dan menyusut. Oleh karena itu, penyiraman harus dilakukan secara teratur, namun hanya saat media tanam terasa kering.
Anggrek Bulan Kuning juga memerlukan cahaya yang cukup, tetapi tidak terlalu terik. Penempatan tanaman ini di tempat yang mendapat cahaya sinar matahari pagi atau sore yang redup akan lebih baik. Perlu diingat, anggrek tidak menyukai sinar matahari langsung yang terlalu kuat, karena dapat merusak daun dan bunga.
Dalam upaya menjaga kelestarian Anggrek Bulan Kuning, Indonesia telah menetapkannya sebagai bunga nasional, yang dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap spesies ini. Selain itu, upaya konservasi dan pengawetan habitat alam Anggrek Bulan Kuning juga harus ditingkatkan untuk memastikan kelangsungan hidupnya di masa mendatang.
Secara keseluruhan, Anggrek Bulan Kuning adalah simbol keindahan dan keunikan dari wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Keputusan untuk menjadikannya sebagai bunga nasional adalah bentuk pengakuan atas kekayaan alam dan kebudayaan Indonesia. Melalui upaya perlindungan dan konservasi, semoga Anggrek Bulan Kuning dapat terus menghiasi alam liar dan menggembirakan hati pecinta bunga di seluruh dunia.